Teknologi sel pokok (stem cell) diharapkan bisa menjadi terobosan baru dalam teknologi pengobatan diabetes atau kencing manis, penyakit metabolik yang terjadi akibat penurunan sekresi insulin dari sel beta pankreas.
Ahli immunopatologi Universitas Indonesia Santoso Cornain di Jakarta, Selasa, mengatakan teknologi baru itu mempunyai potensi besar untuk digunakan dalam pengobatan komplikasi akibat diabetes.
Menurut dia, teknologi sel pokok sudah diaplikasikan dalam pengobatan berbagai macam penyakit, terrmasuk diabetes, di sejumlah negara seperti Amerika, Korea dan Thailand.
Ia menjelaskan sel-sel pokok yang dibiakkan dari jaringan, baik jaringan embrionik maupun jaringan dewasa, bisa dimasukkan ke dalam tubuh penderita diabetes dan menggantikan tugas sel-sel yang rusak karena serangan penyakit.
Contohnya, ia melanjutkan, sel-sel beta pankreas penderita diabetes tipe I yang telah rusak atau mengalami penurunan fungsi bisa diganti dengan sel pokok pankreas yang diambil dan dibiakkan dari sel-sel beta pankreas yang masih berfungsi baik.
Sel-sel dari jaringan bukan pankreas seperti sel oval dari hati dan sel sumsum tulang pun, kata dia, juga bisa menjadi cluster dari sel pokok yang menyerupai sel-sel beta pankreas dan berfungsi seperti kebutuhan penderita penyakit diabetes.
"Setelah dikembangbiakkan ternyata sel-sel itu berdiferensiasi dan mampu memroduksi insulin dan hormon lain yang sebenarnya diproduksi sel alfa pankreas," ujarnya.
Pendiri dan Komisaris PT Kalbe Farma yang berminat mengembangkan teknologi sel pokok, Dr. Boenjamin Setiawan, menjelaskan pula bahwa teknologi sel pokok bisa menjadi solusi bagi penderita diabetes yang mengalami komplikasi pada kaki.
Boen--sapaan Boenjamin-- menjelaskan komplikasi diabetes pada kaki terjadi karena kegagalan fungsi organ dalam mengatasi ischemia atau kekurangan oksigen pada jaringan.
"Jika terjadi kekurangan oksigen jaringan akan mengeluarkan sinyal yang akan memicu sumsum tulang mengeluarkan EPC (Endothelial Progenitor Cell-red) ke lokasi ischemia dan membentuk vaskularisasi baru. Tapi pada pasien diabetes jumlah EPCnya tidak cukup dan itu bisa atasi dengan menyuntikkan stem cell EPC ke bagian yang luka untuk menyembuhkannya," papar Boen.
Namun, lebih lanjut Santoso menjelaskan, penerapan teknologi sel pokok juga berisiko menimbulkan dampak negatif pada fungsi organ tubuh yang lain sehingga harus tetap dilakukan dengan panduan yang ketat.
"Pembiakan stem cell dari sel embrionik biasanya sulit terdiferensiasi dan penempatan stem cell juga berpotensi menumbuhkan tumor," ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan, pemasukan stem cell ke dalam tubuh untuk pengobatan juga seringkali menyebabkan penolakan dari tubuh sehingga si penerima harus terlebih dulu harus disuntik agar kekebalannya rendah.
"Ini yang kita tidak suka karena akan membuat si pasien lebih rentan. Ini menjadi kendala yang perlu diperhatikan," katanya.
Oleh karena itu, ia menegaskan, Indonesia harus benar-benar menyiapkan panduan yang ketat bila ingin menerapkan dan mengembangkan metode pengobatan dengan teknologi sel pokok. (*/rit)
Sumber :
http://www.kapanlagi.com/h/0000144346.html
19 November 2006
Minggu, 06 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar