Kini, penyakit Diabetes Mellitus (DM) bukan hanya diderita oleh kaum lanjut usia (lansia) saja, melainkan semua kalangan usia, mulai dari balita hingga orang dewasa dapat terserang penyakit yang disebabkan oleh tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup guna mempertahankan kadar gula darah normal ini. Untuk itu, DM menjadi masalah serius yang terjadi di masyarakat.
Saat ditemui Jurnal Bogor di RS Bhakti Medicare, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Arief Nasuha, Sp.PD mengatakan bahwa penderita DM makin hari makin meningkat angka kesakitannya. Lebih dari itu, kini penyakit diabetes lebih disebabkan oleh non keturunan. Itu artinya kemunculan penderita baru karena keliru menjalankan pola hidup sehat.
“Masyarakat kita ini kalau tidak ada contoh, misalnya orangtua atau kerabat dekat yang terkena diabetes, maka mereka tidak akan pernah sadar betapa pentingnya menjalankan pola hidup sehat. Baru setelah terkena DM, mereka menyesal dan mulai memperhatikan kesehatan dirinya,” ujar Arief.
Menurut pria kelahiran Bandung, 10 September 1970 itu, ada empat pilar pengobatan penyakit DM. Ibarat sebuah kursi dengan keempat kakinya, empat pilar ini saling menopang agar kursi dapat berdiri tegak.
Bila keempat pilar itu dijalankan, kadar gula darah dan komplikasi bisa terkontrol. “Jadi, dengan mengandalkan obat-obat antidiabetes saja tidak cukup untuk menyembuhkan penyakit kencing manis ini,” kata Arief.
Arief memaparkan, pilar pertama ialah edukasi atau pendidikan. Pendidikan di sini meliputi pentingnya mengendalikan dan memantau DM sampai ke perawatan diri.
“Pasien itu harus aktif bertukar pikiran atau konsultasi dengan dokter. Ini bertujuan untuk menyadari dan memahami lebih baik lagi mengenai diabetes, pencegahan, penyulit diabetes, dan penatalaksanaannya. Pendidikan ini tak hanya bagi pasien tapi juga keluarga pasien,” jelas pria yang senang jalan-jalan itu.
Pilar kedua adalah pengaturan gizi dan diet makanan. Menurut Arief, satu kunci keberhasilan pengendalian gula darah adalah masalah pengaturan diet makanan. Pada prinsipnya, keteraturan jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. “Komposisi diit juga harus sesuai yaitu karbohidrat 68 persen, protein 10 hingga 12 persen, dan lemak sisanya,” terangnya.
Pilar selanjutnya, kata Arief, ialah latihan jasmani. Tujuannya, tak lain untuk menjaga kebugaran dan menurunkan berat badan serta memperbaiki sensitifitas insulin sehingga memperbaiki kendali gula darah.
Dalam berolahraga, penderita diabetes harus memperhatikan kadar gula darah sebelum dan setelah olahraga, antara 100 sampai 300 mg/dl tanpa ketosis. Hindari olahraga bila kadar gula darah > 250 mg/dl disertai ketosis.
“Durasi dalam berolahraga sebaiknya selama 30 hingga 60 menit. Jenisnya hendaklah yang tak terlalu berat seperti jalan, joging, berenang, atau bersepeda. Frekuensinya pun harus dijalani secara teratur,” saran pria berkacamata itu seraya menambahkan pilar terakhir ialah terapi obat atau farmakologis.
Terapi ini berupa tambahan pemberian obat-obatan jika sebelumnya sasaran gula darah belum tercapai dengan diet dan latihan jasmani.
Sumber :
Nasia Freemeta I
http://www.jurnalbogor.com/?p=57001
13 Oktober 2009
Minggu, 06 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar